Will Storr
The Science of Storytelling: Menguak Otak di Balik Cerita Cerita adalah inti dari pengalaman manusia. Sejak peradaban awal, manusia telah berkumpul di sekitar api unggun, menatap langit malam, dan saling bertukar kisah. Namun, apa yang membuat cerita begitu memikat dan kuat hingga bisa mengubah hidup seseorang, memengaruhi keputusan kolektif, bahkan menggulingkan rezim? Will Storr menjawab pertanyaan ini dengan pendekatan unik: menyelami cerita bukan hanya dari sudut pandang sastra, tapi dari sains. Ia menggabungkan temuan dari neuroscience, psikologi evolusioner, dan seni penceritaan untuk menunjukkan bahwa cerita tidak sekadar hiburan—ia adalah mekanisme bertahan hidup. Cerita menolong manusia menyusun dunia yang kompleks menjadi sesuatu yang bisa dimengerti, memberi makna pada peristiwa, dan menciptakan rasa identitas.
Lewis Howes
The School of Greatness: Menemukan Jalanmu Menuju Versi Terbaik dari Diri Sendiri Lewis Howes tidak dilahirkan dalam kemewahan atau keunggulan, tapi ia membuktikan bahwa kebesaran bukanlah hak istimewa—melainkan pilihan. Mantan atlet profesional yang kariernya berakhir karena cedera, Howes beralih menjadi entrepreneur, podcaster, dan motivator yang menyentuh jutaan orang melalui kisah hidupnya dan wawancara dengan tokoh-tokoh dunia. Dalam The School of Greatness, ia merangkum pelajaran dari pengalaman pribadi dan percakapan mendalamnya dengan para pemimpin, atlet, dan pemikir hebat. Pesan utamanya sederhana: greatness bukan tentang pencapaian eksternal semata, melainkan tentang menyelaraskan tindakan, pikiran, dan hati untuk mencapai potensi tertinggi dalam hidup yang bermakna.
Ryder Carroll
The Bullet Journal Method: Menata Pikiran, Menemukan Fokus, Menjalani Hidup dengan Sadar Dunia modern menawarkan kecepatan luar biasa, tetapi sering kali mengorbankan kejelasan dan kedamaian batin. Kita terjebak dalam daftar tugas tak berujung, notifikasi tanpa henti, dan ekspektasi yang semakin sulit diatur. Ryder Carroll, seorang desainer produk digital yang sejak kecil bergulat dengan gangguan perhatian, menemukan cara untuk tetap fokus, produktif, dan damai di tengah kekacauan. Ia menyebutnya The Bullet Journal Method—sebuah sistem analog yang sederhana namun revolusioner. Lebih dari sekadar metode mencatat, pendekatan ini mengajak kita menciptakan ruang untuk berpikir, merenung, dan hidup dengan niat. Ini bukan tentang menyelesaikan lebih banyak hal, tapi tentang menyelesaikan hal yang benar, dan menjalani hidup yang kita pilih, bukan yang sekadar terjadi pada kita.
Cal Newport
So Good They Can't Ignore You: Keunggulan Lebih Penting dari Passion Di era di mana nasihat seperti “ikuti passion-mu” menjadi mantra generasi modern, Cal Newport justru datang membawa pisau kritik tajam terhadap prinsip tersebut. Ia menantang asumsi bahwa mengikuti gairah adalah kunci menuju kebahagiaan dan kesuksesan kerja. Lewat pendekatan berbasis riset dan kisah nyata, Newport menunjukkan bahwa passion bukanlah awal dari perjalanan karier hebat, tetapi hasil dari keahlian dan kerja keras yang konsisten. Fokusnya adalah membongkar mitos karier modern dan menggantinya dengan strategi yang lebih kokoh: jadi luar biasa dulu, baru temukan makna dalam pekerjaanmu. Dengan gaya tulis yang logis dan argumentatif, Newport menggiring pembaca untuk beralih dari pencarian passion menuju pembangunan career capital.
Paul Kalanithi
When Breath Becomes Air: Mencari Makna dalam Batas Antara Hidup dan Mati Apa yang terjadi ketika seorang ahli bedah saraf yang menghabiskan hidupnya mempelajari otak manusia tiba-tiba diberi vonis kanker stadium akhir? When Breath Becomes Air bukan sekadar catatan seorang pasien, tetapi pencarian makna hidup dari seseorang yang berada di dua dunia—sebagai dokter dan pasien, sebagai ilmuwan dan pencari makna, sebagai penyelamat nyawa dan sosok yang menanti kematian. Paul Kalanithi, dengan latar belakangnya sebagai lulusan sastra dan dokter spesialis saraf, menghadirkan refleksi jujur, menyayat, dan mendalam tentang bagaimana manusia memaknai hidup ketika hidup itu sendiri hampir habis. Dalam narasi yang sekaligus lembut dan tajam, ia mengajak pembaca menelusuri batas antara eksistensi dan kefanaan.
Brené Brown
Daring Greatly: Keberanian untuk Terlihat, Rentan, dan Menjadi Utuh Dalam dunia yang dipenuhi ekspektasi, kompetisi, dan citra sempurna, keberanian untuk tampil apa adanya justru menjadi langkah paling radikal. Brené Brown, melalui penelitian selama lebih dari satu dekade, mengajak kita menyadari bahwa inti dari pengalaman manusia yang otentik terletak pada keberanian untuk tampil rentan. Banyak orang menganggap kerentanan sebagai kelemahan, tetapi justru di sanalah tempat keberanian lahir. Menyatakan cinta lebih dulu, memulai proyek tanpa jaminan berhasil, atau berbicara jujur tentang ketakutan—semua itu memerlukan keberanian yang muncul dari keberanian untuk terlihat secara utuh. Menjalani hidup dengan berani bukan berarti tanpa rasa takut, melainkan memilih untuk bertindak walau rasa takut itu ada.
Daniel H. Pink
When: Rahasia Ilmiah di Balik Waktu yang Tepat untuk Bertindak Kapan waktu terbaik untuk memulai sesuatu? Kapan saat yang tepat untuk mengambil keputusan besar atau sekadar beristirahat? Pertanyaan-pertanyaan ini sering dianggap sepele atau diandalkan pada naluri semata. Namun, Daniel H. Pink menegaskan bahwa waktu adalah sains, bukan sekadar seni. Dalam When: The Scientific Secrets of Perfect Timing, ia membongkar ilusi bahwa “kapan” hanyalah faktor kebetulan. Lewat riset psikologi, ekonomi perilaku, kronobiologi, hingga ilmu sosial, Pink membangun argumen bahwa memahami pola waktu dapat memberikan keuntungan kompetitif dalam pekerjaan, hubungan, dan kesejahteraan pribadi. Hidup bukan hanya tentang apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya, tapi juga tentang kapan melakukannya.
Melissa Hartwig Urban
The Book of Boundaries: Seni Menjaga Batasan untuk Kehidupan yang Lebih Sehat dan Penuh Kendali Dalam perjalanan hidup sehari-hari, banyak orang merasa terkuras secara emosional, fisik, dan mental karena ketidakmampuan menjaga batasan. Apakah itu dalam hubungan pribadi, pekerjaan, pertemanan, atau bahkan interaksi sosial yang tampak sepele, kesulitan untuk berkata “tidak” atau menetapkan garis tegas sering kali membuat seseorang terjebak dalam pola pengorbanan diri yang merusak. Melissa Hartwig Urban menawarkan panduan praktis dan penuh empati tentang bagaimana membangun dan menjaga batasan yang sehat tanpa merasa bersalah. Ia mengajak pembaca untuk menyadari bahwa batasan bukanlah bentuk egoisme, melainkan ungkapan kasih sayang kepada diri sendiri dan alat untuk menciptakan hubungan yang lebih jujur, sehat, dan berkelanjutan.
Karen Ehman
Keep It Shut: Seni Mengendalikan Perkataan demi Kedamaian dan Hubungan yang Lebih Sehat Dalam kehidupan sehari-hari, perkataan adalah senjata yang luar biasa kuat—bisa membangun atau menghancurkan, mendekatkan atau menjauhkan, membawa damai atau memantik konflik. Karen Ehman, melalui Keep It Shut, mengajak untuk merenungkan kembali kekuatan yang dimiliki lidah manusia. Berapa sering kata-kata terucap tanpa berpikir panjang dan berujung pada penyesalan? Berapa kali perdebatan kecil membesar hanya karena ucapan yang tak terkendali? Lewat refleksi mendalam dan pendekatan spiritual yang penuh kelembutan, Ehman menyodorkan pemahaman bahwa mengendalikan perkataan bukan sekadar soal moralitas, tetapi juga soal menjaga hati, membangun hubungan yang sehat, dan menghadirkan damai dalam kehidupan yang penuh kebisingan ini.
Sarah Knight
Calm the F*ck Down: Panduan Mengelola Kecemasan dengan Berani dan Realistis Di era yang penuh ketidakpastian ini, kekhawatiran telah menjadi bagian dari keseharian hampir semua orang. Dunia yang bergerak cepat, banjir informasi yang tak terbendung, serta tuntutan hidup yang semakin kompleks membuat rasa cemas seolah-olah adalah harga yang harus dibayar untuk bertahan. Namun, ada perbedaan besar antara rasa cemas yang wajar sebagai respon terhadap situasi sulit dan kekhawatiran yang berkembang liar hingga melumpuhkan produktivitas. Calm the F*ck Down hadir untuk membongkar pola pikir keliru yang membuat kita terperangkap dalam ketakutan yang tidak perlu, sekaligus menawarkan strategi untuk membangun ketenangan mental yang lebih tangguh. Dengan bahasa yang lugas dan penuh humor, Sarah Knight memotret bagaimana kita sering kali menjadi musuh terburuk bagi diri sendiri—dan bagaimana mengubah pola pikir destruktif itu menjadi lebih memberdayakan.
Annie Duke
How to Decide: Alat Sederhana untuk Membuat Keputusan yang Lebih Baik Sering kali kita menilai keputusan dari hasil akhirnya—padahal hasil buruk belum tentu akibat keputusan yang buruk, dan sebaliknya. Annie Duke, mantan pemain poker profesional sekaligus pakar dalam pengambilan keputusan, mengajarkan bahwa membuat keputusan adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dioptimalkan. Ini adalah peta jalan sederhana namun efektif untuk memahami bagaimana berpikir lebih jernih, memisahkan keberuntungan dari kualitas keputusan, dan menghindari bias kognitif yang menjerumuskan.
Victor J. Strecher
Life on Purpose: Menemukan Arti Hidup dan Menghidupkan Arti Itu Setiap Hari Apakah tujuan hidup benar-benar berdampak pada kesehatan dan kebahagiaan? Victor J. Strecher membuktikan bahwa hidup dengan tujuan bukan hanya filosofi kosong, tetapi faktor nyata yang memengaruhi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Melalui kombinasi penelitian ilmiah, cerita pribadi, dan panduan praktis, buku ini mengajak kita merumuskan tujuan hidup yang otentik—dan lebih penting lagi, mempraktikkannya setiap hari.
Dr. Joseph Murphy
How to Attract Money: Kekuatan Pikiran Bawah Sadar untuk Menciptakan Kelimpahan Dalam dunia yang dipenuhi kekhawatiran finansial, How to Attract Money hadir sebagai panduan spiritual dan mental untuk menciptakan kelimpahan melalui kekuatan pikiran bawah sadar. Dr. Joseph Murphy, seorang pelopor dalam pengembangan spiritual modern, mengajarkan bahwa kita bukan sekadar makhluk pasif yang menunggu rezeki datang—tetapi pencipta aktif yang bisa membentuk realitas melalui pola pikir dan keyakinan.
Trevor Moawad
It Takes What It Takes: Menghadapi Hidup Tanpa Drama, Tanpa Emosi Berlebihan, dan Tanpa Alasan Sebagian besar orang percaya bahwa kesuksesan adalah soal motivasi, semangat, dan pikiran positif. Tapi bagi Trevor Moawad—pelatih mental dari atlet dan pemimpin top dunia—kunci sukses justru adalah netralitas emosional. Dalam It Takes What It Takes, ia menantang mitos pengembangan diri tradisional dan menawarkan pendekatan yang lebih realistis, logis, dan terbukti secara ilmiah: berhenti membuat drama dari hidup dan fokus pada hal yang bisa dikendalikan.
Emily Alison
Rapport: Empat Cara Membaca dan Membangun Hubungan dengan Orang Lain Manusia adalah makhluk sosial, tapi membangun hubungan yang dalam dan penuh pengertian bukanlah sesuatu yang otomatis terjadi. Dalam Rapport, Emily Alison dan Laurence Alison menyajikan pendekatan ilmiah dan aplikatif tentang bagaimana kita bisa membaca, memahami, dan membentuk hubungan yang kuat dengan siapa pun—dari pasangan hidup hingga orang yang paling sulit diajak bicara. Berbasis pada pengalaman keduanya dalam bidang psikologi forensik dan interogasi tingkat tinggi, buku ini bukan hanya tentang “membaca bahasa tubuh”, tetapi tentang memahami dinamika sosial dan emosional yang membentuk komunikasi manusia.
Woo-Kyoung Ahn
Thinking 101: Mengapa Kita Sering Salah Pikir dan Bagaimana Memperbaikinya Setiap hari kita membuat ratusan keputusan—dari hal sepele hingga yang menentukan masa depan. Tapi seberapa sering kita berhenti dan bertanya: Apakah cara berpikir saya benar? Dalam Thinking 101, Woo-Kyoung Ahn, profesor psikologi di Yale University, membongkar berbagai bias kognitif dan jebakan berpikir yang secara sistematis membuat manusia salah menilai situasi, orang lain, bahkan diri sendiri.
Richard Firth-Godbehere
A Human History of Emotion: Evolusi Emosi dan Perannya dalam Membentuk Peradaban Manusia Emosi bukan hanya urusan pribadi yang dirasakan dalam hati, tetapi juga kekuatan sosial, budaya, dan historis yang membentuk dunia sebagaimana kita mengenalnya. Dalam A Human History of Emotion, Richard Firth-Godbehere membawa kita menelusuri jejak emosi dari zaman kuno hingga era digital—menunjukkan bagaimana konsep tentang emosi dan cara kita mengalaminya telah berubah secara radikal sepanjang sejarah.
Henrik Fexeus
The Art of Reading Minds: Memahami Bahasa Tubuh dan Komunikasi Tersembunyi dalam Interaksi Manusia Apakah mungkin membaca pikiran orang lain tanpa kemampuan supranatural? Dalam The Art of Reading Minds, Henrik Fexeus, seorang ahli komunikasi dan mentalist asal Swedia, mengungkap bahwa kemampuan “membaca pikiran” sejatinya adalah keterampilan memahami sinyal nonverbal dan emosi bawah sadar yang ditunjukkan orang lewat tubuh, suara, dan pilihan kata. Ini bukan sihir, tetapi kemampuan yang bisa dipelajari dan dilatih oleh siapa saja.
Jeff Keller
Attitude Is Everything: Mengubah Sikap untuk Mengubah Hidup Banyak orang bermimpi mencapai hidup yang lebih baik—lebih sukses, lebih bahagia, lebih bermakna. Namun sering kali, yang menghalangi bukan kurangnya kemampuan atau peluang, melainkan sikap (attitude) terhadap hidup dan diri sendiri. Dalam Attitude Is Everything, Jeff Keller membuktikan bahwa sikap adalah fondasi utama yang membentuk arah, energi, dan hasil hidup kita.
Lysa TerKeurst
Forgiving What You Can't Forget: Proses Penyembuhan Lewat Pengampunan Saat Luka Masih Membekas Apa jadinya jika luka itu terlalu dalam? Bagaimana jika orang yang menyakiti kita tidak pernah meminta maaf? Dalam Forgiving What You Can’t Forget, Lysa TerKeurst menulis dengan jujur dan penuh kelembutan tentang perjuangan memaafkan di tengah realitas yang belum berubah. Ia menantang gagasan umum bahwa memaafkan harus menunggu permintaan maaf atau rekonsiliasi. Sebaliknya, ia menunjukkan bahwa pengampunan adalah jalan menuju kebebasan pribadi—sekalipun ingatan dan luka tak bisa dilupakan.
David M. Buss
Evolutionary Psychology: Ilmu Baru Tentang Pikiran Manusia dan Jejak Evolusinya Mengapa kita merasa cemburu? Mengapa kita bisa percaya pada orang asing, tetapi waspada pada orang yang mirip dengan mantan yang pernah menyakiti kita? Mengapa ada rasa bangga setelah membantu orang lain, padahal itu justru “mengorbankan” diri secara biologis? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah bagian dari ranah psychological puzzle yang dijawab dengan pendekatan psikologi evolusioner—sebuah cabang ilmu yang mencoba memahami pikiran manusia sebagai hasil dari proses seleksi alam dan seksual selama ribuan generasi.
Dr. Helen Riess
The Empathy Effect: Ilmu dan Seni Menyambungkan Diri Lewat Empati Di era digital yang serba cepat, banyak hubungan manusia terasa dangkal dan transaksional. Empati, kemampuan untuk merasakan dan memahami emosi orang lain, menjadi kemampuan yang kian langka—padahal justru empati adalah fondasi dari komunikasi yang bermakna, hubungan yang sehat, dan kepemimpinan yang kuat. Dalam The Empathy Effect, Dr. Helen Riess, seorang psikiater dan peneliti di Harvard Medical School, menggabungkan neurosains, psikologi, dan pengalaman klinis untuk menunjukkan bahwa empati bukan hanya penting, tetapi juga bisa dilatih dan diperkuat oleh siapa saja.
Gary Keller
The ONE Thing: Fokus pada Satu Hal yang Paling Penting untuk Hasil Luar Biasa Dalam dunia yang semakin sibuk dan penuh distraksi, kita sering merasa perlu melakukan banyak hal sekaligus agar sukses. Namun dalam The ONE Thing, Gary Keller dan Jay Papasan justru menunjukkan bahwa kunci keberhasilan luar biasa bukanlah multitasking, melainkan kemampuan untuk fokus pada SATU hal yang paling penting—dan melakukannya secara konsisten.
Julia Cameron
The Artist's Way: Menemukan Kembali Kreativitas Alami dalam Diri Anda Banyak orang percaya bahwa kreativitas adalah anugerah eksklusif yang hanya dimiliki oleh segelintir orang berbakat. Namun dalam The Artist’s Way, Julia Cameron membongkar mitos tersebut dan menunjukkan bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif bawaan—yang sering kali terkubur oleh ketakutan, keraguan diri, dan tekanan hidup.

