Sebagian besar orang percaya bahwa kesuksesan adalah soal motivasi, semangat, dan pikiran positif. Tapi bagi Trevor Moawad—pelatih mental dari atlet dan pemimpin top dunia—kunci sukses justru adalah netralitas emosional. Dalam It Takes What It Takes, ia menantang mitos pengembangan diri tradisional dan menawarkan pendekatan yang lebih realistis, logis, dan terbukti secara ilmiah: berhenti membuat drama dari hidup dan fokus pada hal yang bisa dikendalikan.
Moawad menyebut pendekatannya sebagai "neutral thinking"—cara berpikir yang tidak terlalu optimis maupun pesimis, tapi fokus pada kenyataan dan tindakan.
Neutral Thinking: Jalan Tengah yang Paling Efektif
Neutral thinking adalah cara berpikir yang mengabaikan emosi yang tak relevan dan fokus sepenuhnya pada apa yang nyata dan apa yang bisa dilakukan.
Contohnya:
- Saat sedang kalah dalam pertandingan, berpikir positif ("Aku pasti menang!") mungkin justru menciptakan tekanan.
- Tapi berpikir netral berarti berkata: “Skornya 10–7. Saya bisa mengubah strategi dan mengeksekusi lebih baik.”
Menurut Moawad, orang sukses tidak membuang waktu memikirkan hal-hal yang di luar kendali mereka. Mereka juga tidak terlalu larut dalam perasaan, tapi langsung kembali ke proses.
Pikiran Negatif Lebih Kuat daripada Pikiran Positif
Moawad mengutip riset bahwa:
- Pikiran negatif bisa 4–7 kali lebih kuat dibanding pikiran positif.
- Jika diucapkan dengan lantang, dampaknya bisa meningkat 10 kali lipat.
Artinya? Pikiran negatif yang kita ucapkan bisa memperparah kondisi mental dan performa kita.
Karena itu, langkah pertama dalam berpikir netral adalah berhenti mengucapkan hal negatif secara verbal.
Tidak Harus Selalu Termotivasi
Banyak orang menunggu mood atau motivasi untuk bertindak. Padahal, Moawad menegaskan: “You don’t have to feel good to do good.”
Ini artinya, kamu tidak perlu merasa termotivasi dulu untuk bergerak. Disiplin bukan tentang perasaan—tapi tentang keputusan untuk tetap melakukan apa yang perlu dilakukan, terlepas dari bagaimana perasaanmu saat itu.
Sikap ini sangat berguna dalam dunia olahraga, militer, bisnis, atau kehidupan pribadi di masa sulit.
Masa Lalu Tidak Sama dengan Masa Depan
Kesalahan besar dalam berpikir negatif adalah menganggap bahwa masa lalu akan menentukan masa depan.
Moawad menyebut ini sebagai bentuk determinisme emosional. Padahal:
- Kegagalan sebelumnya tidak berarti kegagalan berikutnya.
- Pengalaman buruk bukan ramalan—kecuali kamu terus membawanya ke masa depan.
Berpikir netral berarti menerima masa lalu sebagai data, bukan identitas.
Hapus Narasi Internal yang Merusak
Salah satu prinsip Moawad yang paling mencolok adalah: “Your story might be true, but that doesn’t mean it helps.”
Banyak orang mempertahankan cerita lama—tentang trauma, kegagalan, atau pengkhianatan—dan menjadikannya alasan untuk tidak berkembang. Tapi dalam pola pikir netral, yang penting bukan apa yang terjadi, melainkan apa yang harus dilakukan sekarang.
Cerita boleh kamu simpan. Tapi jangan dijadikan alasan untuk tidak bertindak.
Lingkungan dan Bahasa Menentukan Kualitas Pikiran
Moawad menekankan pentingnya lingkungan sosial dan bahasa dalam memengaruhi performa kita.
Tips yang disarankan:
- Hindari orang yang suka mengeluh dan menyalahkan.
- Perhatikan kata-kata yang kamu ucapkan setiap hari. Hindari frasa seperti “Aku lelah”, “Ini gak adil”, atau “Gak bisa”.
- Ganti dengan pernyataan netral yang objektif dan berbasis fakta.
Ia juga menyarankan “media diet”—mengurangi konsumsi berita negatif atau konten yang memicu kecemasan.
Fokus pada Proses, Bukan Hasil
Alih-alih terobsesi pada target besar, Moawad mendorong kita untuk jatuh cinta pada proses.
Contohnya:
- Atlet hebat tidak hanya memikirkan trofi—mereka jatuh cinta pada latihan, pemulihan, pengulangan, dan eksekusi detail.
- Orang sukses tidak bicara soal “ingin kaya”—mereka fokus membangun sistem yang terukur dan berulang.
Dalam dunia Moawad, ekspektasi emosional membunuh performa, tapi disiplin terhadap proses akan membawa hasil.
Diterapkan oleh Para Juara Dunia
Trevor Moawad pernah bekerja dengan atlet NFL seperti Russell Wilson, serta lembaga militer dan perusahaan global.
Kisah nyata:
- Russell Wilson tetap menggunakan pendekatan netral thinking setelah kalah di Super Bowl. Dia tidak menyalahkan siapa pun, tidak mengasihani diri sendiri. Ia hanya berkata: “We lost. Time to get back to work.”
- Militer Amerika Serikat melatih pasukannya dengan prinsip ini—karena di situasi ekstrem, emosi bisa berakibat fatal.
Hal ini membuktikan: berpikir netral bukan sekadar konsep mental, tapi strategi bertahan hidup dan menang.
Kesimpulan
It Takes What It Takes adalah panduan untuk membebaskan diri dari drama internal, cerita masa lalu, dan emosi yang menghambat. Dengan pendekatan berpikir netral, Trevor Moawad menawarkan cara hidup yang lebih jernih, fokus, dan efektif—baik dalam tekanan performa tinggi maupun dalam hidup sehari-hari. Tidak perlu menunggu motivasi. Tidak perlu terjebak masa lalu. Lakukan saja apa yang memang perlu dilakukan. Karena, pada akhirnya, hidup tidak peduli perasaan kita.
Suka dengan rangkuman ini? Kamu pasti akan suka dengan bukunya juga! Klik disini untuk beli buku selengkapnya.
Tentang Penulis
Trevor Moawad adalah pelatih mental kinerja tinggi yang pernah bekerja dengan atlet top dunia, organisasi militer, dan perusahaan Fortune 500. Ia dikenal luas karena pendekatannya yang tidak klise, tidak emosional, dan sangat praktis—serta karena keakrabannya dengan dunia performa ekstrem, dari lapangan olahraga hingga medan perang. Moawad percaya bahwa pikiran manusia bisa dilatih seperti otot, dan ia mendedikasikan hidupnya untuk membantu orang-orang melatih kekuatan mental itu.

