The Body Keeps the Score: Bagaimana Trauma Mempengaruhi Pikiran dan Tubuh

Trauma bukan hanya pengalaman yang terjadi di pikiran kita, tetapi juga sesuatu yang tersimpan dalam tubuh kita. Banyak orang yang mengalami trauma menemukan bahwa mereka terus merasakan efeknya secara fisik, emosional, dan psikologis, meskipun peristiwa traumatis itu sudah lama berlalu. Tubuh memiliki cara tersendiri untuk mengingat trauma, dan jika tidak ditangani dengan baik, pengalaman ini dapat mengganggu kehidupan seseorang dalam jangka panjang.

Pemahaman tentang bagaimana trauma bekerja di dalam tubuh dan pikiran sangat penting dalam proses penyembuhan.

 

Bagaimana Trauma Mempengaruhi Tubuh dan Pikiran?

1. Trauma Mengubah Cara Otak Bekerja

Sistem saraf seseorang dapat mengalami perubahan permanen akibat trauma yang berkepanjangan. Area otak seperti amigdala (pusat emosi dan respons ketakutan), korteks prefrontal (pengambil keputusan dan pengendalian emosi), dan hipokampus (pengelolaan memori) dapat terpengaruh secara signifikan.

- Amigdala menjadi lebih sensitif dan membuat seseorang lebih mudah merasa takut atau cemas.

- Korteks prefrontal kehilangan fungsinya dalam mengontrol emosi, sehingga seseorang mengalami kesulitan dalam menenangkan diri.

- Hipokampus bisa menyusut, yang menyebabkan gangguan memori dan ketidakmampuan membedakan masa lalu dengan masa kini.

- Hormon stres seperti kortisol sering kali meningkat, menyebabkan respons stres yang lebih lama dan lebih intens dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami trauma.

2. Trauma Tersimpan dalam Tubuh

Trauma tidak hanya tersimpan dalam ingatan, tetapi juga dalam otot, jaringan, dan sistem saraf. Banyak individu yang mengalami trauma melaporkan gejala fisik seperti:

- Ketegangan otot kronis yang tidak dapat dijelaskan.

- Masalah pencernaan yang berulang akibat hubungan antara otak dan sistem pencernaan.

- Sensitivitas terhadap rangsangan tertentu yang memicu respons stres.

- Nyeri kronis yang sering kali tidak memiliki penyebab medis yang jelas.

- Insomnia dan gangguan tidur akibat ketidakmampuan tubuh untuk mencapai keadaan relaksasi.

3. Respons “Fight, Flight, Freeze, Fawn”

Ketika seseorang mengalami trauma, tubuhnya dapat bereaksi dengan mode melawan (fight), melarikan diri (flight), membeku (freeze), atau menyenangkan (fawn). Jika trauma terjadi secara berulang atau berlangsung dalam jangka waktu lama, tubuh dapat terjebak dalam salah satu respons ini, yang menyebabkan berbagai gangguan emosional dan fisik.

- Fight (Melawan): Reaksi agresif atau mudah marah.

- Flight (Melarikan diri): Menghindari situasi tertentu, sering merasa gelisah.

- Freeze (Membeku): Kehilangan kemampuan untuk merespons, perasaan mati rasa emosional.

- Fawn (Menyenangkan): Berusaha menyenangkan orang lain untuk menghindari konflik, sering kali mengorbankan kebutuhan sendiri.

 

Metode Penyembuhan Trauma

1. Pendekatan Berbasis Tubuh

Karena trauma tersimpan dalam tubuh, pendekatan yang melibatkan pengalaman fisik sering kali lebih efektif dibandingkan dengan terapi berbasis kognitif saja. Beberapa metode yang terbukti efektif meliputi:

- Yoga dan Mindfulness: Membantu mengembangkan kesadaran tubuh dan mengurangi respons stres.

- Terapi Sensomotorik: Memanfaatkan gerakan dan interaksi tubuh untuk melepaskan trauma yang tersimpan.

- EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing): Teknik yang melibatkan gerakan mata untuk membantu otak memproses pengalaman traumatis.

- Terapi Pernapasan: Menggunakan teknik pernapasan dalam untuk menenangkan sistem saraf dan mengurangi kecemasan yang berkaitan dengan trauma.

2. Terapi Berbasis Relasi

Koneksi sosial memainkan peran penting dalam penyembuhan trauma. Memiliki dukungan dari orang-orang yang peduli dan memahami dapat membantu seseorang merasa lebih aman dan diterima. Terapi berbasis relasi meliputi:

- Terapi Berbasis Keterikatan: Memperbaiki hubungan interpersonal dan membangun kepercayaan.

- Kelompok Dukungan: Berbagi pengalaman dengan orang lain yang mengalami hal serupa dapat membantu mengurangi perasaan terisolasi.

- Terapi Psikodinamis: Membantu individu memahami bagaimana hubungan masa lalu mereka membentuk respons emosional mereka saat ini.

3. Pendekatan Neurologis dan Psikoterapi

Pendekatan neurologis berfokus pada bagaimana sistem saraf dapat dipulihkan setelah trauma. Beberapa pendekatan meliputi:

- Terapi Neurofeedback: Menggunakan teknologi untuk mengajarkan otak cara mengatur respons stresnya.

- Psikoterapi Berbasis Kesadaran: Membantu individu mengenali dan memahami pola pikir serta emosi yang dipicu oleh trauma.

- Terapi Kognitif Berbasis Trauma (TF-CBT): Membantu individu mengembangkan keterampilan dalam menghadapi pengalaman traumatis dan mengurangi dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.

4. Gaya Hidup Sehat untuk Pemulihan

Menjaga kesehatan fisik sangat penting dalam penyembuhan trauma. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:

- Olahraga rutin: Berjalan, berlari, atau latihan kekuatan membantu melepaskan ketegangan yang tersimpan dalam tubuh.

- Pola makan sehat: Mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi untuk mendukung fungsi otak dan keseimbangan hormon.

- Cukup tidur: Membangun rutinitas tidur yang sehat untuk memulihkan tubuh dan pikiran.

 

Kesimpulan

Trauma memiliki dampak jangka panjang pada tubuh dan pikiran seseorang. Namun, dengan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana trauma tersimpan dalam tubuh dan bagaimana cara mengatasinya, seseorang dapat mengambil langkah-langkah menuju penyembuhan. Pendekatan berbasis tubuh, relasi sosial yang sehat, serta teknik psikoterapi yang sesuai dapat membantu individu mengembalikan kendali atas hidup mereka.

Menyadari bahwa trauma bukan hanya soal ingatan, tetapi juga sesuatu yang mempengaruhi tubuh secara nyata, adalah langkah pertama dalam perjalanan menuju pemulihan. Dengan pendekatan yang tepat, setiap individu memiliki peluang untuk keluar dari bayang-bayang trauma dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan bermakna.

 


 

Suka dengan rangkuman ini? Kamu pasti akan suka dengan bukunya juga! Klik disini untuk beli buku selengkapnya.

 

Tentang Penulis

Bessel van der Kolk adalah seorang ahli dalam bidang psikologi trauma dan penyembuhan berbasis tubuh. Dengan pengalaman bertahun-tahun dalam membantu individu yang mengalami trauma, ia telah meneliti berbagai metode penyembuhan yang efektif. Melalui tulisan dan lokakarya, ia terus berupaya memberikan wawasan tentang bagaimana tubuh menyimpan trauma dan bagaimana kita dapat menggunakan pendekatan yang tepat untuk membebaskan diri dari dampak jangka panjangnya.